Oktober 12, 2011

Pengertian dan Macam-Macam Hidayah Secara Umum

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu.

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah swt, sering kali kita melihat masih banyak manusia yang ingkar, menentang Allah Tuhan Pencipta, dan bahkan ada yang menolak keberadaan-Nya sedangkan mereka sendiri tinggal di atas bumi yang diciptakan-Nya? Dalam kondisi umat manusia saat ini yang sedang kehilangan pegangan dan petunjuk hidup, maka nilai Hidayah terasa sangat mahal. Karena dengan Hidayah itulah manusia bisa hidup mulia dan selamat di dunia dan di akhirat.

Untuk merasakan betapa mahalnya nilai sebuah Hidayah, paling tidak ada dua hal yang perlu kita ketahui tentang hidayah, yaitu pengertian Hidayah dan Macam-Macam Hidayah.

1. Pengertian Hidayah

Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah berfirman yang artinya:

“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)

2. Macam-Macam Hidayah

Para Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan, khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya “At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya “Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun An-Nawazhir”.

Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar 27 makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Qur’an, Taurat, taufiq/ketepatan, menegakkan argumentasi, Tauhid/ mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia, mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.

Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah secara umum, terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu:

a. Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup)

Allah berfirman, yang artinya:
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk (keyakinan hidup), maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”. (Q.S. An-Nahl : 37)

dan Allah juga berfirman, yang artinya:

“Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhan Penciptaku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhan Penciptamu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan (tetapi) jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (penolak kebenaran yang datang dari-Nya)”. (Q.S. Al-Mu’min: 28)

b. Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup, yakni Islam yang didasari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw)

seperti firman Allah, yang artinya:

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus (Islam)”. (Q.S. Al-Hajj: 67)

atau seperti firman Allah, yang artinya:

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk (Islam/ Al-Qur’an) kepada mereka dari Tuhan mereka”. (Q.S. Annajm: 23)

c. Hidayah ‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup)

seperti firman Allah, yang artinya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Ankabut: 69)

d. Hidayah Fithriyah(Fitrah).

Hidayah Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta, mentauhidkan-Nya dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka. Realisasinya tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah menjelaskan dalam firmannya:

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (Q.S. Al-An’am: 77)

Kesimpulan:

Tanpa Hidayah mustahil kita bisa selamat di dunia dan akhirat. Semoga Allah membantu dan menolong kita dalam memahami betapa mahalnya nilai Hidayah dan mensyukuri Hidayah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia. Allahumma amin.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oktober 12, 2011

Hidayah Allah Tidak Dapat Dipaksakan (Hanya Milik Allah)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu.

 

Sering kali kita melihat atau memberi nasihat kepada orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, mengajak mereka untuk menjadi orang yang baik. Banyak orang yang sudah di dakwah dan diberitahu tentang kebenaran Islam menolak, bahkan semakin benci terhadap Islam. Tidak usah jauh-jauh, coba kita lihat, banyak orang yang diajak shalat saja menolak. Sebenarnya apa sih yang salah dengan ucapan kita atau cara kita menyampaikan nasihat dan ajakan tersebut?

Mengenai hal ini, perlu kita ketahui bahwa hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun usaha/upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah-Nya. Allah berfirman yang artinya:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).

Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin menerangkan, “Hidayah di sini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang dikaitkan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mesti mengikuti hikmah-Nya.”

Turunnya ayat di atas berkenaan dengan cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya Abu Tholib. Akan tetapi, segala cara dan upaya yang dilakukan beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran, tidak sampai membuat pamannya menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya. Seorang rosul yang kita tahu kedudukannya di sisi Allah saja tidak mampu untuk memberi hidayah kepada pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh dibandingkan beliau.

Kita juga tentunya masih mengingat perjuangan Nabi Nuh di dalam menegakkan tauhid kepada umatnya? Waktu yang mencapai 950 tahun tidak dapat menjadikan seluruh umat nabi Nuh mendapatkan hidayah Allah, bahkan untuk keturunannya sendiri pun ia tidak dapat menyelamatkannya dari adzab Allah. Allah berfirman yang artinya :

“Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai anakku! Naiklah bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir’. Dia berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku dari air bah. Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi dari adzab Allah kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menghalangi mereka berdua, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud:42-43)

Melihat anaknya yang tenggelam, kemudian Nabi Nuh berdoa yang artinya:

“Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)

Sedangkan Nabi Allah lainnya, Ibrohim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang menyekutukan Allah, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah dengan mudahnya memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendakinya, padahal tidak ada seorang pun yang mengajarkan dan menerangkan kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya:

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang tenggelam’. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk padaku, pasti aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih besar’. Tatkala matahari itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya’.” (QS. Al-An’am: 75-79)

 

Kesimpulan:

Dari contoh-contoh di atas sangat jelaslah bagi kita, hidayah itu hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya, Allah maha mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Allah berfirman yang artinya:

“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)

dan Allah berfirman yang artinya:

Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).

 

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oktober 12, 2011

Sampaikan Walau Hanya Satu Ayat

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu.

Perkenalkan nama saya Imam Riadi, saya seorang blogger baru ( baru 2 tahun 😀 ). Saya terlahir sebagai seorang muslim, tetapi tidak tahu begitu banyak tentang Islam, dulu saya hanya tahu tentang rukun iman dan rukun Islam saja. Dan saya pun tidak mau tau, hingga beberapa tahun ini banyak sekali isu tentang “terorisme” yang ada di dunia. Saya pun berinisiatif mencari “kebenaran” melalui internet. Bukan tv atau media sekuler lainnya, karna selain “online” adalah hobi saya, saya mengganggap apa yang ada di tv sekarang ini banyak yang menipu, membohongi, membodohi manusia, dan hanya mengejar rating semata. Dan saya pun berhasil menemukan apa “yang saya anggap benar”, dan terus membaca tentang Islam.

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Hadist tersebutlah yang mendorong saya untuk menyampaikan kembali apa saja yang telah/baru saya pelajari, serta berita tentang Islam, melalui tulisan di blog baru saya ini. Oleh karena itu, saya mohon partisipasinya baik itu berupa saran atau kritikan tentang apa yang saya sampaikan di blog ini, mengingat saya yang baru kembali mengenal Islam.

Semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua…

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh